Kamis, 06 April 2017

Penilaian Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Kimia



Keterampilan proses sains dalam pembelajaran kimia merupakan kemampuan siswa untuk mengelola (memperoleh) yang didapat dalam kegiatan belajar mengajar kimia yang memberikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk mengamati peristiwa atau objek kimia, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, mengkomunikasikan hasil perolehan dalam praktikum atau diskusi pada pembelajaran kimia.
Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran kimia
1.      Mengamati
2.      Menafsirkan
3.      Meramalkan
4.      Menggunakan konsep
5.      Merancang penelitian
6.      Mengkomunikansikan

RUBRIK INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES
PRAKTIKUM: PENGUJIAN LARUTAN ASAM-BASA
No
Aspek Yang Diamati
Skor
Rubrik
1
Mengamati
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Ada 4 aspek terpenuhi
Ada 3 aspek terpenuhi
Ada 2 aspek terpenuhi
Ada 1 aspek terpenuhi
2
Menafsirkan
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Ada 4 aspek terpenuhi
Ada 3 aspek terpenuhi
Ada 2 aspek terpenuhi
Ada 1 aspek terpenuhi
3
Meramalkan
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Ada 4 aspek terpenuhi
Ada 3 aspek terpenuhi
Ada 2 aspek terpenuhi
Ada 1 aspek terpenuhi
4
Menggunakan konsep
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Ada 4 aspek terpenuhi
Ada 3 aspek terpenuhi
Ada 2 aspek terpenuhi
Ada 1 aspek terpenuhi
5
Merancang penelitian
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Ada 4 aspek terpenuhi
Ada 3 aspek terpenuhi
Ada 2 aspek terpenuhi
Ada 1 aspek terpenuhi
6
Mengkomunikasikan
Skor 4
Skor 3
Skor 2
Skor 1
Ada 4 aspek terpenuhi
Ada 3 aspek terpenuhi
Ada 2 aspek terpenuhi
Ada 1 aspek terpenuhi

Penilaian Diri dan Refleksi dalam Pembelajaran Kimia

PENILAIAN DIRI
Penilaian diri adalah salah satu bentuk Asesmen Alternatif yang merupakan suatu teknik penilaian yang dilakukan peserta didik untuk menilai dirinya sendiri yang berkaitan dengan status, proses, dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu dengan kriteria dan acuan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar peserta didik.
Penilaian diri adalah suatu cara untuk melihat kedalam diri sendiri. Melalui penilaian diri ini, peserta didik dapat melihat kelebihan maupun kekurangannya, untuk selanjutnya kekurangan ini menjadi tujuan perbaikan (improvement goal). Dengan demikian, peserta didik lebih bertanggungjawab terhadap proses dan pencapaian tujuan belajarnya. Selain itu, ditekankan bahwa refleksi dan penilaian diri merupakan cara untuk menumbuhkan rasa  kepemilikan (ownership), yaitu timbul suatu pemahaman bahwa apa yang dilakukan dan dihasilkan peserta didik tersebut memang merupakan hal yang berguna bagi diri dan kehidupannya.
Penilaian diri merupakan suatu unsur metakognisi yang sangat berperan dalam proses belajar. Oleh karena itu, agar penilaian ini dapat berjalan dengan efektif,  peserta didik harus sering dilatih untuk melakukannya. Berikut empat langkah dalam berlatih melakukan penilaian diri, yaitu:
a.    Libatkan semua komponen dalam menentukan kriteria penilaian
b.    Pastikan semua peserta didik tahu bagaimana caranya menggunakan kriteria tersebut untuk menilai kinerjanya
c.    Berikan umpan balik pada mereka berdasarkan hasil evaluasi dirinya
d.   Arahkan mereka untuk mengembangkan sendiri tujuan dan rencana kerja berikutnya.
Ciri utama dari penilaian diri yaitu:
1)   Termotivasi sendiri
2)   Adanya komitmen kepala sekolah
3)   Tersosialisasikan dengan baik
4)   Berkesinambungan
5)   Transparansi
Kelebihan dari penggunaan penilaian diri diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
2) Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
3) Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

REFLEKSI DIRI
Proses melihat kembali pengalaman belajar untuk mengidentifikasi apa yang telah dipelajari, apa yang belum dikuasai (learningneeds) serta rencana pengembangan diri selanjutnya berdasarkan learning needs yang telah diidentifikasi  dalam belajar kimia
Tujuan Refleksi Diri
  1. menganalisis tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik; melakukan evaluasi diri terhadap proses belajar yang telah dilakukan;
  2.  mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan; merancang upaya optimalisasi proses dan hasil belajar;
  3. memperbaiki dan mengembangkan pembelajaran sesuai dengan mata pelajaran yang diampu
Tahap melakukan refleksi diri oleh Siswa:
1. Tentukan satu pengalaman belajar yang berharga
2. Analisis pengalaman tersebut.
3. Usahakan untuk memasukkan bukti eksternal terhadap lessons learned yang telah ditentukan dalam proses refleksi diri.
4. Sertakan pula bukti dari pengalaman yang dijadikan titik mula proses refleksi diri.


Senin, 03 April 2017

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)



Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang diterjemahkan dari Higher Order Thinking Skills (HOTS) adalah kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tinggi dari taksonomi berpikir Bloom.

Higher Orde Thinking Skill (HOTS) yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai kemampuan berfikir tingkat tinggi merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran dimana siswa diajarkan untuk berfikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif. Kemampuan berfikir ini akan muncul ketika individu atau siswa dihadapkan pada masalah yang belum mereka temui sebelumnya. HOTS ini sesuai dengan Standar Isi Permen 22 Tahun 2006 yang menyatakan bahwa mata pelajaran Matematika diberikan kepada semua peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama.
Saat ini teori-teori yang berkembang tentang Higher Orde Thinking Skill lebih banyak difokuskan tentang bagaimana keterampilan ini dipelajari dan dikembangkan. Strategi pengajaran yang tepat serta lingkungan belajar yang dapat memfasilitasi kemampuan berfikir siswa merupakan faktor yang penting untuk tercapainya pendekatan ini. Seperti halnya ketekunan siswa, pemantauan diri, dan berfikir terbuka serta sikap fleksibel.
Dalam berfikir tingkat tinggi, diperlukan kemampuan bernalar. Dimana kemampuan bernalar dan berfikir kritis ini saling berhubungan. Hal ini sejalan dengan pendapat Krulik dan Rudnick (1995: 2), bahwa penalaran mencakup berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Dua tingkat berfikir terakhir inilah (berfikir kritis  dan berfikir kreatif)  yang disebut sebagai keterampilan berfikir tingkat tinggi yang harus dikembangkan dalam pembelajaran matematika dan akan dibahas dalam tulisan ini.
            Beberapa konsep utama yang sesuai dengan pendekatan HOTS adalah mengikuti ketiga anggapan tentang berpikir dan belajar. Yaitu:
a.       Berpikir tidak bisa tidak dihubungkan dari tingkat, mereka saling tergantung satu sama lain
b.      Berfikir atau tidak berpikir dapat belajar tanpa isi pokok, hanya poin teoritis. Dalam kehidupan nyata, siswa akan mempelajari materi pelajaran berdasarkan pada pengalaman sekolahnya.
c.       HOTS meliputi berbagai cara berpikir, memproses, serta menerapkan pada situasi gabungan dan variabel kelipatan setelahnya.
Tingkat berpikir bergantung pada hubungan real-word situation (situasi dunia nyata) dengan variabel kelipatan penawaran ke tantangan berpikir memproses. Keberhasilan berfikir tingkat tinggi bergantung pada kemampuan individu dalam menerapkan, merombak,  dan memperindah pengetahuan dalam konteks situasi berpikir.
Pengajaran keterampilan berfikir dilandasi dua filosofi.  Pertama harus ada materi atau pelajaran khusus tentang berfikir.  Kedua, mengintegrasikan kegiatan berfikir ke dalam setiap pembelajaran matematika.  Dengan demikian, keterampilan berfikir terutama berfikir tingkat tinggi harus dikembangkan dan menjadi bagian dari pelajaran matematika sehari-hari.  Dengan pendekatan ini, keterampilan berfikir dapat dikembangkan dengan cara membantu siswa menjadi problem solver yang lebih baik.  Untuk itu, guru harus menyediakan masalah (soal) yang memungkinkan siswa menggunakan keterampilan berfikir tingkat tingginya.
2.      Karakteristik HOTS
            Secara umum, keterampilan berfikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:  menghafal (recall thinking), dasar (basic thinking), kritis (critical thinking) dan kreatif (creative thinking) (Krulik & Rudnick, 1999).
            Berfikir kritis adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi. Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan. Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. Dengan kata lain, berfikir kritis adalah analitis dan refleksif.
            Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis, adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan (Dressel dan Mayhew) (Watson dan Glaser, 1980:1). Dari pendapat para ahli seperti telah diutarakan di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan bagian dari penalaran.
            Bonnie dan Potts (2003) berpendapat bahwa terdapat beberapa kemampuan yang terpisah yang berkaitan dengan kemampuan yang menyeluruh untuk berpikir kritis, yaitu: menemukan analogi-analogi dan macam hubungan yang lain antara potongan-potongan informasi, menentukan kerelevanan dan kevalidan informasi yang dapat digunakan untuk pembentukan dan penyelesaian masalah, serta menemukan dan mengevaluasi penyelesaian atau cara-cara lain dalam menyelesaikan masalah. Meskipun semua pendapat di atas berbeda, namun pada hakekatnya memiliki kesamaan pada aspek mengumpulkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif.
            Dengan demikian agar para siswa tidak salah pada waktu membuat keputusan dalam kehidupannya, mereka perlu memiliki kemampuan berpikir kritis yang baik. Menurut Ruber (Romlah, 2002: 9) dalam berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan pendapat Tapilouw (Romlah, 2002:9), bahwa “berpikir kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana, mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui”.
            Tingkatan yang terakhir adalah berfikir kreatif yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam kimia
Berfikir Kritis dalam kimia adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi.  Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.  Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. 
Berfikir Kreatif kimia yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.
Pemecahan masalah dalam kimia adalah berfikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek situasi atau masalah.  Termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisir, mengingat, dan menganalisa informasi.  Berfikir kritis termasuk kemampuan membaca dengan pemahaman dan mengidentifikasi materi yang dibutuhkan dan tidak dibutuhkan.  Kemampuan menarik kesimpulan yang benar dari data yang diberikan dan mampu menentukan ketidak-konsistenan dan pertentangan dalam sekelompok data merupakan bagian dari keterampilan berfikir kritis. 
Menyimpulkan konsep dalam kimia yang sifatnya orisinil dan reflektif.  Hasil dari keterampilan berfikir ini adalah sesuatu yang kompleks.  Kegiatan yang dilakukan di antaranya menyatukan ide, menciptakan ide baru, dan menentukan efektifitasnya.  Berfikir kreatif meliputi juga kemampuan menarik kesimpulan yang biasanya menelorkan hasil akhir yang baru.

     Teknik Penulisan Butir HOTS dalam kimia
Ø  Perhatikan cakupan materi kimia yang diharuskan untuk tiap jenjang SMP atau SMA (kurikulum kimia).
Ø  Perhatikan beberapa kompetensi yang terkait dengan HOTS dan diturunkan menjadi indicator dan tujuan sesuai dengan karakteristik HOTS kimia.
Ø  Menggunakan hukum dasar kimia pengetahuan atau kemampuan dasar nya untuk menyesaikan permasalahan yang ada kaitannya dengan kimia.
Ø  Dianjurkan untuk menyediakan berbagai macam data kimia (kualitatif, tabel, grafik, hasil dari percobaan yang dilakukan, laporan, bahan bacaan, hasil observasi, dll) sebagai stimulus untuk menjawab soal-soal HOTS
Ø  Berbagai macam data kimia yang disediakan seharusnya memberikan informasi kepada siswa merujuk kepada hokum dasar kimia sehingga dapat diolah lebih lanjut
Ø  Menulis contoh soal HOTS tentang kimia